Dipublikasi pada : 15 Mei 2020 | 1667 kali Dibaca
Masa pandemi Covid-19 mengancam kesejahteraan petani di Buleleng. Pasalnya hasil panen mereka, sebelumnya tidak hanya dibeli oleh perusahaan penyosohan beras dan LPM(Lumbung Pangan Masyarakat) juga dikirim ke luar kabupaten bahkan ke Jawa. Namun kini akibat permintaan pembeli dari luar Buleleng tidak ada sebagai dampak dari pandemi Covid-19, harga gabah pun terancam merosot dari Rp.4.500,- menjadi Rp.3.500 sampai Rp.3000,- perkilogram. Selain itu di sejumlah gudang penyosohan maupun LPM mulai penuh tidak bisa menampung semua gabah petani. Untuk mengatasi itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana meminta agar PD Swatantra memberikan solusi agar harga gabah dari para petani tidak merosot. Caranya adalah membeli gabah petani yang tidak terserap dengan harga standard.
Ajakan itu disambut baik oleh Dirut PD Swatantra, Gede Bobi. Ditemui di kantornya, 14/5, Ia mengaku sudah siap mewujudkan tantangan dari Bupati, dan saat ini tengah melakukan penjajagan ke lapangan untuk melihat gabah petani yang tidak terserap. Untuk merealisasikan itu, pihaknya selain bekerjasama dengan Dinas Pertanian Buleleng, Dinas Pangan dan Perikanan, juga menggandeng dua perusahaan penyosohan beras yang gudangnya masih kosong.
Bobi mengaku dalam membantu menyerap hasil pertanian Buleleng itu, pihaknya mengedepankan misi sosial yakni menjaga harga gabah dan beras stabil sehingga petani di Buleleng tidak resah.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Ir. I Made Sumiarta mengatakan hasil pertanian padi di Buleleng pada bulan Mei 2020 diprediksi mencapai 12 ribu ton gabah. Jika disosoh jadi beras akan menghasilkan 8 ribu ton. Jumlah beras sebanyak itu diperkirakan mencukupi kebutuhan masyarakat bulan Mei mencapai 7 ribu ton.
Sumiarta mengatakan selama ini produksi padi di Buleleng sudah mencukupi, namun yang masalah adalah pada penyerapan gabah. Sebelum dilanda Covid-19, gabah petani hanya diserap oleh penyosoh dan LPM jumlahnya terbatas mencapai 3 ribu ton. Sisanya 8 ribu ton dikirim ke luar ke Jawa, lalu setelah dikemas dibawa kembali ke Buleleng. Terkait hal ini, Sumiarta menyambut gembira ajakan Bupati Buleleng agar hasil pertanian Buleleng mencukupi kebutuhan masyarakat Buleleng, lalu sisanya baru kemudian dipasarkan keluar.
Kembali ke PD Swatantra, Gede Bobi mengaku harga beras yang akan diproduksinya dari hasil menyerap gabah petani Buleleng tidak beda dengan harga pasar. Rencananya beras itu akan dipasarkan di kalangan pegawai, ke Bumdes dan sisanya dijual di pasar umum. (st)