Dipublikasi pada : 14 Mei 2020 | 1301 kali Dibaca
Menurunnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 tentunya berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, sehingga kemandirian pangan merupakan solusi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) melalui Dinas Pertanian Buleleng kini tengah menyiapkan 10.000 bibit tanaman pangan yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat untuk ditanam di pekarangan rumahnya.
“Tujuannya adalah untuk membiasakan masyarakat memanfaatkan pekarangan di lahan sempit, sehingga bisa membantu memenuhi kebutuhan keseharian mereka” jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta, ditemui saat meninjau rumah pembibitan di kantornya pada Kamis (14/5)
Lebih jauh, Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta menjelaskan 10.000 bibit tanaman pangan itu disiapkan pihaknya melalui program Obor Pangan Lestari (Opal) yang sejatinya sudah dijalankan pihaknya dari tahun lalu sesuai arahan Kementerian Pertanian RI. Melalui Opal nantinya masyarakat Buleleng akan diberikan sejumlah bibit tanaman pangan yang cepat menghasilkan antara lain cabai, terung, talas, bayam dan pakcoy.
“Minimal dari 3 sampai 4 bibit per jenis tanaman kita beri ke masyarakat” imbuh Sumiarta
Tambah Sumiarta nantinya masyarakat tidak hanya diberikan bibit saja, namun mereka juga akan diberikan pembinaan bercocok tanam hingga panen. Sumiarta menargetkan pada pertengahan bulan Juni seluruh bibit sudah didistribusikan dan ditanam oleh masyarakat.
Program Opal ini sangat direkomendasikan oleh Sumiarta kepada masyarakat, karena hanya dengan memanfaatkan pekarangan rumah, masyarakat dapat menghasilkan bahan pangan yang cukup untuk menunjang kebutuhan pangan keluarga, terutama jika suatu saat harga bahan pangan naik.
“Minimal dalam sekali produksi itu bisa menghasilkan 1 kilogram, jadi itu dirasa cukup untuk mem-backup jika harga di pasar sedang naik” ungkapnya.
Dengan menjalankan Opal, Sumiarta mengharapkan masyarakat sedikitnya dapat mengurangi ketergantungan untuk membeli bahan pangan di pasar, sehingga kemandirian pangan dapat terwujud dan dengan itu diharapkan masyarakat dapat bertahan dan memulihkan ekonomi di tengah menurunnya daya beli masyarakat akibat wabah Covid-19.
“Mudah-mudahan juga dengan edukasi yang diberikan, masyarakat dapat meneruskan kegiatan bercocok tanam di pekarangan rumah meski jika ke depannya wabah sudah berakhir” tutup Sumiarta. (cnd)